Jumat, 12 Juni 2015

Apakah Biomagnifikasi Itu?

Biomagnifikasi:

Proses dimana pencemar bergerak dari satu tingkat tropik ke tingkat lainnya dan menunjukkan kepekatan pencemar dalam makhluk hidup sesuai dengan tingkat trofik makhluk hidup tertentu (Connell & Miller, 2006).

Proses biomagnifikasi dimulai ketika konsentrasi kontaminan yang tersimpan pada tubuh produsen lebih tinggi daripada lingkungan sekitar . 

Produsen dimakan oleh konsumen, artinya konsumen di atasnya akan mengkonsumsi sejumlah biomassa dari tingkat trofik di bawahnya.

Syarat terjadinya Biomagnifikasi:
Polutan harus bersifat :
  • Tahan lama
  • Polutan yang mobile
  • Bahan biologi aktif
  • Larut dalam lemak
Jika polutan berumur pendek, ini akan diuraikan sebelum itu bisa menjadi berbahaya.
Jika tidak mobile, itu akan ditinggal di satu tempat dan tidak mungkin akan diambil alih oleh organisme.
Jika polutan larut dalam air akan dikeluarkan oleh organisme. Polutan yang larut lemak, bagaimanapun, mungkin akan disimpan untuk waktu yang lama. Ini tradisional untuk mengukur jumlah polutan di jaringan lemak organisme seperti ikan.
Jika polutan secara tidak aktif biologis,mungkin biomagnify. Hal itu mungkin tidak akan menyebabkan masalah.

Contoh Zat Kimia yang mungkin Biomagnified:
DDT : Insektisida, digunakan untuk membunuh serangga.
Agen oranye:Herbisida, digunakan untuk membunuh pohon di Kamboja selama perang Vietnam
PCB:Bahan kimia dalam transformator listrik, dll.

Dampak Biomagnifikasi:
Manusia menduduki posisi puncak tingkat trofik pada hampir semua rantai makanan dalam ekosistem, sehingga manusia merupakan penanggung resiko biomagnifikasi yang paling tinggi.
Mempengaruhi dan merusak keseimbangan antara organisme dan ekosistem.


Akumulasi bahan pencemar dalam rantai makanan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologi tubuh dan mutasi genetik. Mutasi menyebabkan terjadinya variasi genetik yang menimbulkan spesiasi.




Sumber Referensi:
Connell, D. W. & Miller, G.J. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Terjemahan oleh Yanti Koestoer. 2006. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).








Rabu, 10 Juni 2015

Menemukan Sebuah Konsep dari Uji Iodin pada Buah Pisang berdasarkan Tingkat Kemasakan

 Uji Iodin pada Buah Pisang berdasarkan Tingkat Kemasakan


Tujuan:
Setelah melakukan uji iodin, siswa dapat menjelaskan perbedaan kadar amilum pada buah pisang berdasarkan tingkat kemasakan.

Alat dan Bahan:
1. Pisang ambon mentah, setengah masak, dan masak
2. Cobek penumbuk
3. Tabung reaksi 3 buah
4. Rak tabung reaksi 1 buah
5. Pipet tetes 2 buah
6. Iodin
7. Label
8. Alat tulis

Cara Kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menempelkan label pada tiga tabung reaksi masing-masing untuk pisang mentah, setengah masak, dan masak dengan kode A untuk pisang mentah, B untuk pisang setengah masak, dan C untuk pisang masak.
2. Menumbuk pisang mentah, setengah masak, dan masak, kemudian masing--masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diberi label untuk pisang mentah, setengah masak, dan masak.
3. Meneteskan 4 sampai 5 tetes larutan iodin menggunakan pipet tetes ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah berisi pisang.
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada buah pisang sebelum ditetesi dan setelah ditetesi iodin.
5. Mendiskusikannya bersama teman satu kelompok dan mengisi tabel pengamatan pada uji iodin pada buah pisang berdasarkan tingkat kemasakan.

Hasil Pengamatan:
Tabel Hasil Pengamatan "Uji Iodin pada Buah Pisang berdasarkan Tingkat Kemasakan":

Kolom keterangan diisi dengan:
++++ : jika kadar amilum sangat tinggi ditunjukkan dengan warna positif uji iodin yang sangat pekat (biru tua mendekati hitam)

+++ : jika kadar amilum tinggi ditunjukkan dengan warna positif uji iodin yang berkurang kepekatannya (biru tua tetapi memudar)

++ : jika kadar amilum rendah ditunjukkan dengan warna positif uji iodin tetapi sudah semakin berkurang kepekatannya (biru muda)


Pertanyaan:
1. Bagaimana perbedaan kadar amilum pada pisang mentah, setengah masak, dan masak berdasarkan percobaan pada demonstrasi ini?

2. Apakah kesimpulan dari percobaan pada demonstrasi ini?


MATERI:

UJI IODIN PADA BUAH PISANG BERDASARKAN TINGKAT KEMASAKAN

Bahan makanan mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein dan lemak atau lipid. Karbohidrat merupakan senyawa karbon hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Misalnya glukosa (C6H12O6). Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau keton. Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus –OH, gugus aldehid atau gugus keton. Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Karbohidrat dikelpokan menjadi empat kelompok penting yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Poedjiadi, 2005: 24-27).

Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat (H2O). Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton. Polihidroksi berarti karbohidrat mengdandung banyak gugus hidroksil (OH). Polihidroksi-aldehid berarti jenis karbohidrat yang mengandung banyak gugus hidroksil (OH) dan gugus aldehid. Polihidroksi-keton berarti jenis karbohidrat yang mengandung banyak gugus hidroksil (OH) dan gugus keton. Jadi, Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Melihat rumusnya, maka karbohidrat mempunyai rumus empiris Cn(H2O)n, namun tidak semua karbohidrat mengikuti rumus tersebut (Lehninger, 1993).

Karbohidrat sebagai penyusun utama tumbuhan, paling banyak terdapat dalam bentuk selulosa dan pati. Karbohidrat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.

1. Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat, yang paling sederhana dan biasanya terdapat secara alamiah sebagai salah satu komponen disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosaksarida dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Menurut jumlah atom karbon penyusunnya, monosakarida dikelompokkan menjadi triosa, tetrosa, pentosa, dst. Triosa merupakan monosakarida dengan tiga atom karbon (C3H6O3), tetrosa (C4H8O4) mempunyai empat karbon. Monosakarida juga dapat dikelomppokkan menjadi aldosa dan ketosa. Ketosa merupakan monosakarida dengan gugus keton, sedangkan aldosa memiliki gugus aldehid. Dengan mrempertimbangkan dua kategori tersebut di atas, monosakarida dinamai aldotriosa, ketotriosa, aldotetrosa, ketotetrosa, dan lain-lain. Berikut beberapa monosakarida yang sering kita jumpai :

A. Glukosa
Disebut dengan dekstrosa atau gula anggur, terdistribusi luas di alam dalam bentuk babas dan berkombinasi dengan senyawa lain. Gula ini trerdapat dalam juice buah-buahan bersama-samda dengan fruktosa dapat diproduksi dengan menghidrolisis amilum.

B. Galaktosa
Diperoleh dari hidrolisis Laktosa dan ditemukan juga sebagai pembentuk jaringan saraf berupa galaktolipid. Galaktosa merupakan aldoheksosa dan bersifat dekstrorotari, mampu membentuk osazon dengan fenilhidrazin, dapat difermentasi oleh yeast tertentu dengan kecepatan fermentasi berbeda-beda sesuai jenlis yeastnya.

C. Manosa
Merupakan aldoheksosa dan eppimer ddari glikosa karena mempunyai struktur yang samda dengan glukosa ddan hanya berbeda pada atom C nomor 2. Biasanya ditemukan pada tumbuhan, terutama pada biji-bijian dsalam bentuk polisakarida yaitu manna dan manosan. Manossa merupakan gula mereduksi dan dapat diragikan oleh yeast. Manosa dibedakan dengan glukosa dalam hal kelarutannya, senyawa ini tidak berwarna, dan pada suhu kamar mgembentiuk kristal osazon dengan fenilhidrazin.

D. Fruktosa
Disebut juga dengan levulosa atau gula buah. Haeksosa ini banyak terdapat bersama-sama dengan glukosa dalam tumbuh-tumbuhan dan dapat dihasilkan dari hidrolisis inulin. Meskipun fruktosa adalah ketosa tetapi mampu mereduksi logam dalam larutan alkali karena adanya gugus terminal CO-CH2OH. Fruktosa mampu bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk osazon dengan bentuk yang sama dengan glukosa. Apabila direaksikan dengan metilhidrazin, fruktosazon akan lebih cepat terbentuk daripada glukosazon. Di alam, fruktosa cenderung berbentuk piranosa.

E. Pentosa
Merupakan monosakarida yang mempunyai 5 atom C. Senyawa ini juga merupakan komponen nukleotida yaitu ribosa dan deoksiribosa. Pentosa terdapat dalam tumbuhan dan jaringan hewan dalam bentuk polisakarida. Pada tumbuhan, pentosa terdapat dalam gum dalam bentuk pentosan, yang jika dihidrolisis menghasilkan pentosa (arabinossa, xilosa) (Rarastoeti Pratiwi, 2005).

2. Oligosakarida
Oligosakarida tersusun atas lebih dari dua hingga sepuluh atau dua belas unit monosakarida. Disakarida terbentuk dari reaksi dehidrasi antara dua monosakarida. Salah satu disakarida yang paling umum adalah sukrosa yang terdiri dari glukosa dan fruktosa, sedang maltosa terdiri dari dua glukosa. Berikut disakarida yang sering kita temui di alam:

A. Maltosa
Terdiri dari dua molekul glukosa yang terhubung dengan ikatan α-1,4. Diperoleh dari hidrolisis amilum dengan amilase. Maltosa mampu mereduksi larutan benedict, karena mempunyai gugus karbonil.

B. Sukrosa
Disebut juga gula tebu karena banyak terdapat pada tebu dan bit. Hidrolisa dengsan asam atau enzim sukrase menghasilkan glukosa dan fruktosa yang sama banyak. Sukrosa tidak mempunyai gugus karbonil bebas, sehingga tidak mereduksi (non reducing sugar). Sukrosa terdiri dari α D-glukopiranosa dan β D-fruktopiranosa yang terhubung dengan ikatan α-1,2. Gula ini tidak membentuk osazon, tetapi dapat diragikan (Rarastoeti Pratiwi, 2005).

3. Polisakarida
Polisakarida terbentuk dari reaksi dehidrasi antara monosakarida dalam jumlah banyak. Polisakarida biasanya tidak larut dalam air, membentuk koloid dalam, larutan, dan tidak mempunyai rasa manis.

A. Amilum
Merupakan polimer glukosa (glukosan). Terdapat dalam biji padi, umbi, dan buah-buahan. Bentuk dan besarnya butir amilum tergantung dari jenisnya. Amilum terdiri atas dua macam molekul, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa dengan reaksi Jod membentuk warna biru, sedangkan amilopektin memberi warna ungu. Warna tersebut akan menghilang dengan pemanasan dan muncul lagi setelah didinginkan. Pemberian alkali juga menghilangkan warna, karena alkali mengikat jodium. Amilum htidak mampu mereduksi dan tidak membentuk osazon.

B. Selulosa
Termasuk glukosan yang terdiri dari polimer glukosa dengan ikatan β-1,4. Selulosa terdapat pada dinding sel tumbuhan dan mempunyai sifat kelarutan rendah, tidak memberi warna pada reaksi Jod dan tidak dapat dicerna kecuali oleh hewan ruminansia misalnya sapi (Rarastoeti Pratiwi, 2005).

Uji iod digunakan untuk memisahkan amilum dan pati yang terkandung dalam larutan tersebut. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru (Poedjiadi, 2005: 35).

Tanaman pisang dalam bahasa latinnya adalah Musa paradisiaca. Klasifikasi tanaman pisang adalah sebagai berikut:

Klasifikasi     :
Kingdom       : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi             : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas             : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas      : Commelinidae
Ordo              : Zingiberales
Famili            : Musaceae (suku pisang-pisangan)
Genus            : Musa
Spesies          : Musa paradisiaca


Selama pematangan buah mengalami beberapa perubahan nyata terhadap warna kulit, tekstur, dan bau yang menunjukkan terjadi perubahan dalam susunannya.

Palmer (1971) berpendapat bahwa indicator kematangan buah pisang adalah warna kulit buah mengalami perubahan dari warna hijau kemudian mulai menguning dan mulai meningkatkan etilen. Perubahan nyata adalah perubahan kadar air, laju respirasi, keasaman, karbohidrat, pectin, protopektin dan tanin.

Kriteria kematangan pisang :



REFERENSI:
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lehninger, Albert. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Bogor: Penerbit Erlangga.

Poedjiadi, Anna dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press

Pratiwi, Rarastoeti, dkk. 2005. Asistensi dan Petunjuk Praktikum Biokimia.Yogyakarta : UGM Press.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=877

Mari Bereksperimen tantang Bahaya Merokok...!


I. Topik:

Zat Karsinogenik dalam Asap Rokok yang Menyebabkan Gangguan Sistem Respirasi.

II. Tujuan:

Siswa dapat menjelaskan adanya zat karsinogenik dalam asap rokok yang menyebabkan gangguan sistem respirasi.

III. Dasar Teori:

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Wigand, 2006).

Bahan utama rokok adalah tembakau, dan setelah dibakar, asap rokok mengandung lebih dari 4000 zat-zat yang membahayakan kesehatan. Kandungan utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandungi bahan-bahan kimia lain yang juga sangat beracun.

Nikotin

Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin memegang peran penting dalam ketagihan merokok (Sitepoe, 2000).

Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan juga dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal (Fauci et al., 2008).

Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar, dijumpai zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis, yang dapat menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, dijumpai juga N nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000).

Tar juga dapat merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas, yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah atau bibir (Jaya, 2009).

"Tar" adalah istilah baru, istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahan kimia beracun yang ditemukan dalam rokok. Konsentrasi tar dalam rokok terbagi menjadi tiga tingkat:

  • High-tar rokok mengandung sedikitnya 22 miligram (mg) dari tar
  • Medium-tar rokok dari 15 mg sampai 21 mg
  • Rendah-tar rokok 7 mg atau kurang dari tar

Filter rokok pertama kali ditambahkan untuk rokok pada tahun 1950 ketika diketahui bahwa tar dalam rokok berpotensi pada peningkatan risiko kanker paru-paru. Idenya adalah bahwa filter akan menjebak tar, tetapi hasilnya tidak sebaik sebagaimana yang diharapkan. Racun masih terbentuk dan masuk ke paru-paru perokok.

Dalam bentuk padat, tar berwarna cokelat, lengket dan mudah menempel. Penyebab gigi seorang perokok menjadi cokelat. Bayangkan noda lengket itu menetap ke jaringan merah halus dari paru-paru.

Tar dapat hadir dalam semua rokok karena rokok dibakar, dan hisapan terakhir mengandung tar sebanyak dua kali lipat dibandingkan hisapan rokok pertama kali dibakar.
Tar dalam asap rokok melumpuhkan silia di paru-paru, dan berkontribusi terhadap penyakit paru-paru seperti emfisema, kronis bronkitis, dan kanker paru-paru.

Sumber : http://quitsmoking.about.com/od/chemicalsinsmoke/g/tar.htm

Kanker paru-paru

Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Hubungan merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahkan rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru (Karyadi, 2002).

IV. Alat dan Bahan:

1. Alat:
  • Bejana penampung air (ember)
  • Pisau pelubang
2. Bahan:
  • Botol air mineral 1,5 L
  • Selang plastik kecil
  • Rokok filter
  • Korek api
  • Kayu penyumbat
  • Air
  • Gayung
  • Tisu
  • Karet gelang
V. Langkah Kerja:

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, kemudian melubangi bagian bawah botol dan dipasang selang plastik sepanjang 5 cm.

b. Menyumbat selang dengan kayu penyumbat hingga rapat.

c. Melubangi tutup botol air mineral sebesar ukuran diameter batang rokok.

d. Memasukkan air ke dalam botol air mineral hingga hampir penuh (kira-kira sampai 6 cm di bawah mulut botol), kemudian memasang rokok pada tutup yang telah dilubangi.

e. Memasang tutup botol yang telah dilubangi tersebut pada mulut botol, rokok jangan menyentuh air.

f. Menyalakan rokok menggunakan korek api.

g. Membuka sumbat kayu sehingga air keluar dari botol melalui selang plastik.

h. Mengamati munculnya asap dalam botol sampai air dalam botol tak bersisa.

i. Setelah air dalam botol habis, sumbat kayu dipasang kembali kemudian melepas tutup botol, mematikan nyala rokok dan segera menutup botol dengan beberapa lembar tisu.

j. Mengikat rapat-rapat tisu yang telah dipasang pada mulut botol menggunakan karet gelang.

k. Membuka sumbat kayu, kemudian meniup botol melalui selang plastik sampai asap dalam botol hilang.

l. Membuka ikatan karet gelang, dan mengamati perubahan warna yang terjadi pada tisu yang telah digunakan untuk menutup botol.


VI. Tabulasi Data:


VII. Diskusi:

1. Setelah menyaksikan demonstrasi dan mengamati hasilnya, zat apakah yang menyebabkan perubahan warna pada tisu penutup? Jelaskan alasannya!

Jawab: ___________________________________________________________________

_________________________________________________________________________

_________________________________________________________________________



2. Apabila tisu diibaratkan sebagai paru-paru seorang perokok, prediksikan kondisi paru-paru perokok jika ia merokok secara terus-menerus, dan jelaskan mekanismenya mengapa bisa demikian!

Jawab: ___________________________________________________________________

_________________________________________________________________________

_________________________________________________________________________

_________________________________________________________________________

_________________________________________________________________________



3. Apabila rokok yang digunakan jenis kretek (tanpa filter), perkirakan bagaimana kondisi tisu (warnanya) yang terjadi setelah dipasang pada mulut botol! Jelaskan alasannya!

Jawab: ___________________________________________________________________

_________________________________________________________________________

_________________________________________________________________________



VIII. Kesimpulan:

Berdasarkan hasil eksperimen dan diskusi kelompok, dapat ditarik kesimpulan yaitu: _______________________________________________________________________

_______________________________________________________________________

_______________________________________________________________________ 

_______________________________________________________________________



IX. Daftar Pustaka:

Fauci et al, 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th ed. New York: Mc Graw-Hill, 1553-1558.

Jaya, Muhammad. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Riz’ma.


Karyadi. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT. Gramedia.


Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok Di Indonesia Cetakan I. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


Wigand, J.S. 2006. Additives, Cigarette Design and Tobacco Product Regulation, Journal of Longwood University.

Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam ini, yang telah memberikan karunia tanpa henti kepada umat-Nya.

Pada kesempatan kali ini kami membuat sebuah tulisan yang dikemas dalam bentuk blog yang dapat diakses oleh semua orang.

Blog ini berjudul "All About Biology". Judul tersebut menunjukkan bahwa dalam blog ini berisi informasi ataupun materi pembelajaran biologi sebagai ciri khas kami dari Jurusan Pendidikan Biologi. Penyusunan blog ini semoga bermanfaat untuk masyarakat, khususnya para pelajar, baik SMP ataupun SMA yang membutuhkan informasi mengenai materi biologi.

Blog ini berisikan materi pembelajaran yang simple dan petunjuk bereksperimen bagi siswa yang dapat membantu mendorong kemampuan siswa berfikir kreatif menemukan sebuah konsep materi pembelajaran. Pada Kurikulum 2013, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi bagi siswa dalam pembelajaran. Peran siswa harus lebih dominan dengan melakukan serangkaian kegiatan belajar yang pada akhirnya dapat menemukan sebuah konsep (discovery learning), misalnya melalui kegiatan eksperimen atau demonstrasi. Siswa dapat menyimpulkan hasil yang telah diperoleh melalui eksperimen atau demonstrasi tersebut yang merupakan konsep esensial materi pembelajaran. Materi pembelajaran diletakkan di bagian akhir dari petunjuk eksperimen, harapannya agar siswa termotivasi untuk belajar aktif dan dapat menemukan konsep berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan. Melalui kegiatan tersebut, kelima panca indera siswa bekerja sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan tidak mengandalkan informasi ceramah dari guru.

Dalam penyusunan blog ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga kami mohon saran dan kritik yang membangun demi kebaikan penulisan blog kami pada waktu berikutnya. Terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Aprilia Dwi Anggani
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY, Yogyakarta.


Mengapa Merokok Berbahaya bagi Kesehatan?

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesis lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Wigand, 2006).

Bahan utama rokok adalah tembakau, dan setelah dibakar, asap rokok mengandung lebih dari 4000 zat-zat yang membahayakan kesehatan. Kandungan utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandungi bahan-bahan kimia lain yang juga sangat beracun. 

1) Nikotin

Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin memegang peran penting dalam ketagihan merokok (Sitepoe, 2000).

2) Tar 

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan juga dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal (Fauci et al., 2008).

Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar, dijumpai zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis, yang dapat menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, dijumpai juga N nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000).

Tar juga dapat merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas, yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah atau bibir (Jaya, 2009).

"Tar" adalah istilah baru, istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahan kimia beracun yang ditemukan dalam rokok. Konsentrasi tar dalam rokok terbagi menjadi tiga tingkat:

1. High-tar rokok mengandung sedikitnya 22 miligram (mg) dari tar

2. Medium-tar rokok dari 15 mg sampai 21 mg

3. Rendah-tar rokok 7 mg atau kurang dari tar

Filter rokok pertama kali ditambahkan untuk rokok pada tahun 1950 ketika diketahui bahwa tar dalam rokok berpotensi pada peningkatan risiko kanker paru-paru. Idenya adalah bahwa filter akan menjebak tar, tetapi hasilnya tidak sebaik sebagaimana yang diharapkan. Racun masih terbentuk dan masuk ke paru-paru perokok.
Dalam bentuk padat, tar berwarna cokelat, lengket dan mudah menempel. Penyebab gigi seorang perokok menjadi cokelat. Bayangkan noda lengket itu menetap ke jaringan merah halus dari paru-paru.
Tar dapat hadir dalam semua rokok karena rokok dibakar, dan hisapan terakhir mengandung tar sebanyak dua kali lipat dibandingkan hisapan rokok pertama kali dibakar.
Tar dalam asap rokok melumpuhkan silia di paru-paru, dan berkontribusi terhadap penyakit paru-paru seperti emfisema, kronis bronkitis, dan kanker paru-paru.



3) Karbon Monoksida 

Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan haemoglobin akan membuat haemoglobin tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi haemoglobin sebagai pengangkut oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan kematian (Triswanto, 2007).

Gas ini bersifat toksik dan dapat menggeser gas oksigen dari transport hemoglobin. Dalam rokok, terdapat 2-6% gas karbon monoksida pada saat merokok, sedangkan gas karbon monoksida yang diisap perokok paling rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Seiring berjalannya waktu, terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi saraf pusat (Sitepoe, 2000). 

Beberapa Jenis Penyakit Akibat Merokok 

1. Kanker paru-paru 

Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Hubungan merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahkan rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru (Karyadi, 2002). 

2. Jantung Koroner 

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap (Karyadi, 2002).

3. Bronkitis 

Bronkitis terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak mampu melepaskan mucus yang terdapat di dalamnya dengan cara normal. Mucus adalah cairan lengket yang terdapat dalam tabung halus, yang disebut tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Mucus beserta semua kotoran tersebut biasanya terus bergerak melalui tabung baronkial dengan bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia ini terus menerus bergerak bergelombang seperti tentakel bintang laut, anemone, yang membawa mucus keluar dari paru-paru menuju ke tenggorokan. Asap rokok memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu tertentu akan merusaknya sama sekali. Keadaan ini berarti bahwa seorang perokok harus lebih banyak batuk untuk mengeluarkan mukusnya. Karena sistemnya tidak lagi bekerja sebaik semula, seorang perokok lebih mudah menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis (Karyadi, 2002). 

4. Penyakit Stroke 

Stroke adalah penyakit deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak serta menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu, dan keadaan penduduk (Karyadi, 2002). 

5. Hipertensi 

Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole secara akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-12 pon lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umur, tinggi badan dan jenis kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit berubah (Bustan, 2007). 

Menurut Bustan (2007) merokok dimulai sejak umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya terhadap risiko perubahan tekanan darah. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Resiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini.





DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Cetakan 2. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fauci et al. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th ed. New York: Mc Graw-Hill, 1553-1558.

Harvey R.A., Champe P.C. 2009. Pharmacology 4th ed. China: Lippincott William & Wilkins.p.249-60.

Jaya, Muhammad, 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Riz’ma.

Karyadi. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT. Gramedia.

Sitepoe, Mangku, 2000. Kekhususan Rokok Di Indonesia Cetakan I. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Triswanto, Sugeng D. 2007. Stop Smoking. Jakarta: Progressive Books.

Tendra, H., 2003. Merokok dan Kesehatan. Diunduh dari laman: http://www.domeclinic.com/lifestyle/merokok-a-kesehatan.pdf pada hari Jumat, tanggal 23 Mei 2015 pukul 15.00 WIB

Wigand, J.S, 2006. Additives, Cigarette Design and Tobacco Product Regulation, Journal of Longwood University.

Selasa, 09 Juni 2015

Pompa Natrium-Kalium

Sistem transport ini memompa ion melawan gradient konsentrasi yang curam. Konsentrasi ion Natrium (disimbolkan Na+) tinggi di luar sel dan rendah di dalam, sementara konsentrasi ion kalium (K+) rendah di luar sel dan tinggi di dalam. Pompa ini mengalami perubahan dua bentuk silih-berganti dalam siklus pemompaan yang mentranslokasi tiga ion natrium ke luar sel untuk setiap dua ion kalium yang dipompakan ke dalam sel. Kedua bentuk pompa memiliki afinitas yang berbeda untuk kedua jenis ion. ATP menyuplai tenaga bagi perubahan bentuk ini dengan cara memfosforilasi protein transport tersebut (artinya dengan mentransfer satu gugus fosfst ke protein). (Campbell, 2010: 146)
Proses pompa Natrium-Kalium:
1. Na+ pada sitoplasma berikatan dengan pompa Natrium-Kalium. Afinitas terhadap Na+ tinggi saat protein berbentuk seperti ini.
2. Pengikatan Na+ merangsang fosforilasi (penambahan gugus fosfat) protein oleh ATP.
3. Fosforilasi menyebabkan protein berubah bentuk, sehingga afinitasnya terhadap Na+ menurun, dan dilepaskan ke sebelah luar.
4. Bentuk baru protein memiliki afinitas tinggi terhadap K+, yang berikatan ke sisi ekstraselualer, dan memicu pelepasan gugus pospat.
5. Hilangnya fosfat mengembalikan bentuk awal protein, yang memiliki afinitas lebih rendah terhadap K+
6. K+ dilepaskan;afinitas terhadap Na+ tinggi lagi, dan siklus ini berulang.




Molekul besar, misalnya protein dan polisakarida, serta partikel yang lebih besar, biasanya melintasi membran secara missal melalui mekanisme yang melibatkan pengemasan dalam vesikel. Seperti transport aktif, proses proses ini membutuhkan energi. (Campbell, 2010: 148)

Sumber:
Campbell, Neil A dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.