Uji Iodin pada Buah Pisang berdasarkan Tingkat Kemasakan
Tujuan:
Setelah melakukan uji iodin, siswa dapat menjelaskan perbedaan kadar amilum pada buah pisang berdasarkan tingkat kemasakan.
Alat dan Bahan:
1. Pisang ambon mentah, setengah masak, dan masak
2. Cobek penumbuk
3. Tabung reaksi 3 buah
4. Rak tabung reaksi 1 buah
5. Pipet tetes 2 buah
6. Iodin
7. Label
8. Alat tulis
Cara Kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menempelkan label pada tiga tabung reaksi masing-masing untuk pisang mentah, setengah masak, dan masak dengan kode A untuk pisang mentah, B untuk pisang setengah masak, dan C untuk pisang masak.
2. Menumbuk pisang mentah, setengah masak, dan masak, kemudian masing--masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diberi label untuk pisang mentah, setengah masak, dan masak.
3. Meneteskan 4 sampai 5 tetes larutan iodin menggunakan pipet tetes ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah berisi pisang.
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada buah pisang sebelum ditetesi dan setelah ditetesi iodin.
5. Mendiskusikannya bersama teman satu kelompok dan mengisi tabel pengamatan pada uji iodin pada buah pisang berdasarkan tingkat kemasakan.
Hasil Pengamatan:
Tabel Hasil Pengamatan "Uji Iodin pada Buah Pisang berdasarkan Tingkat Kemasakan":
Alat dan Bahan:
1. Pisang ambon mentah, setengah masak, dan masak
2. Cobek penumbuk
3. Tabung reaksi 3 buah
4. Rak tabung reaksi 1 buah
5. Pipet tetes 2 buah
6. Iodin
7. Label
8. Alat tulis
Cara Kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menempelkan label pada tiga tabung reaksi masing-masing untuk pisang mentah, setengah masak, dan masak dengan kode A untuk pisang mentah, B untuk pisang setengah masak, dan C untuk pisang masak.
2. Menumbuk pisang mentah, setengah masak, dan masak, kemudian masing--masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diberi label untuk pisang mentah, setengah masak, dan masak.
3. Meneteskan 4 sampai 5 tetes larutan iodin menggunakan pipet tetes ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah berisi pisang.
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada buah pisang sebelum ditetesi dan setelah ditetesi iodin.
5. Mendiskusikannya bersama teman satu kelompok dan mengisi tabel pengamatan pada uji iodin pada buah pisang berdasarkan tingkat kemasakan.
Hasil Pengamatan:
Tabel Hasil Pengamatan "Uji Iodin pada Buah Pisang berdasarkan Tingkat Kemasakan":
Kolom keterangan diisi dengan:
++++ : jika kadar amilum sangat tinggi ditunjukkan dengan warna positif uji iodin yang sangat pekat (biru tua mendekati hitam)
+++ : jika kadar amilum tinggi ditunjukkan dengan warna positif uji iodin yang berkurang kepekatannya (biru tua tetapi memudar)
++ : jika kadar amilum rendah ditunjukkan dengan warna positif uji iodin tetapi sudah semakin berkurang kepekatannya (biru muda)
Pertanyaan:
1. Bagaimana perbedaan kadar amilum pada pisang mentah, setengah masak, dan masak berdasarkan percobaan pada demonstrasi ini?
2. Apakah kesimpulan dari percobaan pada demonstrasi ini?
MATERI:
UJI IODIN PADA BUAH PISANG BERDASARKAN TINGKAT KEMASAKAN
Bahan makanan mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein dan lemak atau lipid. Karbohidrat merupakan senyawa karbon hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Misalnya glukosa (C6H12O6). Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau keton. Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus –OH, gugus aldehid atau gugus keton. Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Karbohidrat dikelpokan menjadi empat kelompok penting yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Poedjiadi, 2005: 24-27).
Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat (H2O). Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton. Polihidroksi berarti karbohidrat mengdandung banyak gugus hidroksil (OH). Polihidroksi-aldehid berarti jenis karbohidrat yang mengandung banyak gugus hidroksil (OH) dan gugus aldehid. Polihidroksi-keton berarti jenis karbohidrat yang mengandung banyak gugus hidroksil (OH) dan gugus keton. Jadi, Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Melihat rumusnya, maka karbohidrat mempunyai rumus empiris Cn(H2O)n, namun tidak semua karbohidrat mengikuti rumus tersebut (Lehninger, 1993).
Karbohidrat sebagai penyusun utama tumbuhan, paling banyak terdapat dalam bentuk selulosa dan pati. Karbohidrat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat, yang paling sederhana dan biasanya terdapat secara alamiah sebagai salah satu komponen disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosaksarida dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Menurut jumlah atom karbon penyusunnya, monosakarida dikelompokkan menjadi triosa, tetrosa, pentosa, dst. Triosa merupakan monosakarida dengan tiga atom karbon (C3H6O3), tetrosa (C4H8O4) mempunyai empat karbon. Monosakarida juga dapat dikelomppokkan menjadi aldosa dan ketosa. Ketosa merupakan monosakarida dengan gugus keton, sedangkan aldosa memiliki gugus aldehid. Dengan mrempertimbangkan dua kategori tersebut di atas, monosakarida dinamai aldotriosa, ketotriosa, aldotetrosa, ketotetrosa, dan lain-lain. Berikut beberapa monosakarida yang sering kita jumpai :
A. Glukosa
Disebut dengan dekstrosa atau gula anggur, terdistribusi luas di alam dalam bentuk babas dan berkombinasi dengan senyawa lain. Gula ini trerdapat dalam juice buah-buahan bersama-samda dengan fruktosa dapat diproduksi dengan menghidrolisis amilum.
B. Galaktosa
Diperoleh dari hidrolisis Laktosa dan ditemukan juga sebagai pembentuk jaringan saraf berupa galaktolipid. Galaktosa merupakan aldoheksosa dan bersifat dekstrorotari, mampu membentuk osazon dengan fenilhidrazin, dapat difermentasi oleh yeast tertentu dengan kecepatan fermentasi berbeda-beda sesuai jenlis yeastnya.
C. Manosa
Merupakan aldoheksosa dan eppimer ddari glikosa karena mempunyai struktur yang samda dengan glukosa ddan hanya berbeda pada atom C nomor 2. Biasanya ditemukan pada tumbuhan, terutama pada biji-bijian dsalam bentuk polisakarida yaitu manna dan manosan. Manossa merupakan gula mereduksi dan dapat diragikan oleh yeast. Manosa dibedakan dengan glukosa dalam hal kelarutannya, senyawa ini tidak berwarna, dan pada suhu kamar mgembentiuk kristal osazon dengan fenilhidrazin.
D. Fruktosa
Disebut juga dengan levulosa atau gula buah. Haeksosa ini banyak terdapat bersama-sama dengan glukosa dalam tumbuh-tumbuhan dan dapat dihasilkan dari hidrolisis inulin. Meskipun fruktosa adalah ketosa tetapi mampu mereduksi logam dalam larutan alkali karena adanya gugus terminal CO-CH2OH. Fruktosa mampu bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk osazon dengan bentuk yang sama dengan glukosa. Apabila direaksikan dengan metilhidrazin, fruktosazon akan lebih cepat terbentuk daripada glukosazon. Di alam, fruktosa cenderung berbentuk piranosa.
E. Pentosa
Merupakan monosakarida yang mempunyai 5 atom C. Senyawa ini juga merupakan komponen nukleotida yaitu ribosa dan deoksiribosa. Pentosa terdapat dalam tumbuhan dan jaringan hewan dalam bentuk polisakarida. Pada tumbuhan, pentosa terdapat dalam gum dalam bentuk pentosan, yang jika dihidrolisis menghasilkan pentosa (arabinossa, xilosa) (Rarastoeti Pratiwi, 2005).
2. Oligosakarida
Oligosakarida tersusun atas lebih dari dua hingga sepuluh atau dua belas unit monosakarida. Disakarida terbentuk dari reaksi dehidrasi antara dua monosakarida. Salah satu disakarida yang paling umum adalah sukrosa yang terdiri dari glukosa dan fruktosa, sedang maltosa terdiri dari dua glukosa. Berikut disakarida yang sering kita temui di alam:
A. Maltosa
Terdiri dari dua molekul glukosa yang terhubung dengan ikatan α-1,4. Diperoleh dari hidrolisis amilum dengan amilase. Maltosa mampu mereduksi larutan benedict, karena mempunyai gugus karbonil.
B. Sukrosa
Disebut juga gula tebu karena banyak terdapat pada tebu dan bit. Hidrolisa dengsan asam atau enzim sukrase menghasilkan glukosa dan fruktosa yang sama banyak. Sukrosa tidak mempunyai gugus karbonil bebas, sehingga tidak mereduksi (non reducing sugar). Sukrosa terdiri dari α D-glukopiranosa dan β D-fruktopiranosa yang terhubung dengan ikatan α-1,2. Gula ini tidak membentuk osazon, tetapi dapat diragikan (Rarastoeti Pratiwi, 2005).
3. Polisakarida
Polisakarida terbentuk dari reaksi dehidrasi antara monosakarida dalam jumlah banyak. Polisakarida biasanya tidak larut dalam air, membentuk koloid dalam, larutan, dan tidak mempunyai rasa manis.
A. Amilum
Merupakan polimer glukosa (glukosan). Terdapat dalam biji padi, umbi, dan buah-buahan. Bentuk dan besarnya butir amilum tergantung dari jenisnya. Amilum terdiri atas dua macam molekul, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa dengan reaksi Jod membentuk warna biru, sedangkan amilopektin memberi warna ungu. Warna tersebut akan menghilang dengan pemanasan dan muncul lagi setelah didinginkan. Pemberian alkali juga menghilangkan warna, karena alkali mengikat jodium. Amilum htidak mampu mereduksi dan tidak membentuk osazon.
B. Selulosa
Termasuk glukosan yang terdiri dari polimer glukosa dengan ikatan β-1,4. Selulosa terdapat pada dinding sel tumbuhan dan mempunyai sifat kelarutan rendah, tidak memberi warna pada reaksi Jod dan tidak dapat dicerna kecuali oleh hewan ruminansia misalnya sapi (Rarastoeti Pratiwi, 2005).
Uji iod digunakan untuk memisahkan amilum dan pati yang terkandung dalam larutan tersebut. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru (Poedjiadi, 2005: 35).
Tanaman pisang dalam bahasa latinnya adalah Musa paradisiaca. Klasifikasi tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae (suku pisang-pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Selama pematangan buah mengalami beberapa perubahan nyata terhadap warna kulit, tekstur, dan bau yang menunjukkan terjadi perubahan dalam susunannya.
Palmer (1971) berpendapat bahwa indicator kematangan buah pisang adalah warna kulit buah mengalami perubahan dari warna hijau kemudian mulai menguning dan mulai meningkatkan etilen. Perubahan nyata adalah perubahan kadar air, laju respirasi, keasaman, karbohidrat, pectin, protopektin dan tanin.
REFERENSI:
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lehninger, Albert. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Bogor: Penerbit Erlangga.
Poedjiadi, Anna dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Pratiwi, Rarastoeti, dkk. 2005. Asistensi dan Petunjuk Praktikum Biokimia.Yogyakarta : UGM Press.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=877
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lehninger, Albert. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Bogor: Penerbit Erlangga.
Poedjiadi, Anna dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Pratiwi, Rarastoeti, dkk. 2005. Asistensi dan Petunjuk Praktikum Biokimia.Yogyakarta : UGM Press.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=877
Tidak ada komentar:
Posting Komentar